Bukan Nuklir, “Bom Pintar” Rusia Bikin AS Ketir-ketir

Bangunan hancur setelah Rusia meluncurkan serangan pesawat tak berawak atau drone ke kota pelabuhan Odessa, Ukraina pada Rabu (19/4) pagi waktu setempat. (Anadolu Agency via Getty Images)

Perang Rusia dengan Ukraina terus memanas, bahkan isu mengarah ke penggunaan nuklir sempat menyeruak beberapa pekan lalu. Maklum saja, perang sudah berlangsung lebih dari satu tahun, dan Ukraina yang dibelakangnya ada Amerika Serikat dan sekutu mampu menahan gempuran.

Soal nuklir, Rusia merupakan salah satu kekuatan dunia. Sampai saat ini Rusia dikatakan memiliki senjata nuklir paling mematikan di dunia. Senjata tersebut bernama Tsar Bomba (Raja Bom) yang memiliki kekuatan 100 megaton.

Dibuat oleh fisikawan Uni Soviet pada 1961 saat terjadi perang dingin dengan Amerika Serikat, saat pengujian kekuatan Tsar Bomba diturunkan menjadi 50 megaton.

Meski demikian, daya ledak Tsar Bomba tersebut diklaim 3.800 kali lipat lebih besar dari bom “Little Boy” yang meluluhlantakkan kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Harian The Sun yang mengutip Nuke Map menyebut jika Tsar Bomba bisa menghancurkan London dan menewaskan nyaris 6 juta orang dalam waktu sekejap saja.

Radius ledakan Tsar Bomba bisa mencapai 33,7 mil atau sekitar 55 kilometer. Pun begitu, Tsar Bomba tidak pernah diproyeksikan untuk digunakan. Bom ini tidak bisa dipakai oleh rudal balistik. Senjata itu perlu dibawa dengan pesawat konvensional, tetapi mudah dicegat sebelum mencapai lokasi sasaran.

Oleh sebab itu, senjata tersebut diperuntukkan sebagai senjata propaganda.

Kehancuran besar yang ditimbulkan membuat kemungkinan perang nuklir menjadi lebih kecil. Tetapi kini Rusia punya bom lama yang dimodifikasi menjadi lebih mematikan, membuat Ukraina dan Amerika Serikat menjadi ketar-ketir.

Pasalnya, stok bom tersebut melimpah, sehingga Rusia bisa terus memborbardir Ukraina.

Illia Ponomarenko dari The Kyin Independent sebagaimana dikutip Business Insider melaporkan bom biasa yang dimodifikasi tersebut kini menjadi “bom pintar”, menjadi ancaman serius bagi Ukraina, bisa menghancurkan garis pertahanan depan dan belakang.

Bom dengan sistem UMPK tersebut bisa dipandu menuju target, dan biayanya jauh lebih murah ketimbang misil canggih.

Sistem tersebut bisa diterapkan ke bom gravitasi FAB-500M-62, yang persediannya sangat melimpah di Rusia. Biaya yang dikeluarkan kurang dari 2 juta rubel atau sekitar US$ 24.000 saja, jauh lebih murah ketimbang misil jelajah Kalibr yang digunakan Rusia saat ini seharga US$ 6,5 juta.

Bom modifikasi itu dilaporkan memiliki jarak efektif 50 kilometer. Angkatan udara Ukraina melaporkan bom tersebut dibawa oleh pesawat tempur Sukhoi SU 34 dan 35, setidaknya 20 bom menghantam garis depan setiap harinya.

Guna menghalau serangan Rusia tersebut, Ukraina membutuhkan sistem pertahan udara seperti misil S-300. Namun, dalam dokumen Pentagon yang bocor beberapa waktu lalu disebutkan jika Ukraina akan kehabisan stok S-300 pada Mei nanti.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*